TEKNIK PEMBERIAN TUGAS UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA TENTANG MATERI DENAH PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS III SDN REULEUNG GEULUMPANG
KECAMATAN KUTA MALAKA ACEH BESAR
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu
Persyaratan Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan
Nurmala Dewi
0706104130258

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM – BANDA ACEH
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada hakikatnya manusia tidak pernah statis semenjak lahir hingga ajal selalu terjadi perubahan, baik dalam kemampuan fisik maupun kemampuan psikologis. Piaget menjelaskan bahwa struktur itu “tidak pernah statis dan sudah sejak awal”. Dapat dikatakan bahwa organisme yang matang selalu mengalami perubahan yang progresif sebagai hasil dari tanggapan terhadap kondisi yang bersifat pengalaman dan perubahan-perubahan tersebut mengakibatkan adanya interaksi yang majemuk.
Adapun keterlambatan dalam belajar menyebabkan timbulnya berbagai masalah, misalnya sulitnya berkonsentrasi, kejenuhan belajar, kebencian pada suatu mata pelajaran, dan masih banyak masalah belajar lainnya. Masalah-masalah tersebut memberi dampak baik pada perkembangan akademis maupun perkembangan psikologis anak, terlihat dari perubahan perilaku anak. Karena merasa ada kekurangan maka anak menjadi minder dan malu bergaul dengan temannya.
Upaya mengatasi kesulitan belajar sangat diperlukan untuk menghindari kegagalan dalam belajar. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengenal sedini mungkin jenis kesulitan belajar dan mencari sumber penyebab utama dan penyerta yang menimbulkan kesulitan belajar (Ahmadi dan Widodo S, 2001:91).
Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Aktivitas belajar tersebut bersifat kompleks karena merupakan suatu proses yang dipengaruhi oleh banyak faktor dan meliputi berbagai aspek, baik yang bersumber dari dalam diri maupun dari luar diri manusia (Hamalik, 2002:21).
Dengan adanya perkembangan manusia, proses belajar juga mengalami perkembangan. Belajar adalah perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha pada setiap individu. Manusia belajar juga mengalami proses kematangan. Perbedaan-perbedaan individu dalam kepribadian, sikap-sikap dan pola-pola perilaku terjadi kematangan belajar. Individu tidak bisa belajar sampai dirinya siap. Kesiapan dalam belajar menentukan kapan belajar dapat dilakukan.
Agar masalahnya tidak menjadi berlarut-larut maka perlu adanya penyelesaian, salah satu cara menyelesaikan masalah tersebut adalah melalui bimbingan. Bimbingan merupakan salah satu komponen yang erat kaitannya dalam penyelenggaraan pendidikan. Kebutuhan pelaksanaan bimbingan berlatarbelakang beberapa aspek psikologis, sosiologis, kultural dan paedagogis.
Dalam aspek psikologis banyak sekali masalah, salah satu diantaranya adalah masalah belajar. Masalah ini muncul dan terkait erat dengan perkembangan pendidikan, yang diidentifikasikan dengan adanya perubahan-perubahan dalam berbagai komponen sistem pendidikan seperti kurikulum, strategi belajar mengajar, alat bantu belajar, sumber-sumber dan sebagainya. Semua itu akan mempengaruhi perkembangan siswa, dengan adanya perubahan-perubahan siswa harus menyesuaikan diri. Proses penyesuaian diri tersebut memerlukan bantuan yang terarah dan sistematis melalui pelayanan bimbingan belajar, oleh karena itu dalam proses pembelajaran perlu adanya pemberian tugas kepada peserta didik untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
Pembelajaran akan efektif apabila kesiapan mental siswa diperhitungkan. Pembelajaran merupakan hasil proses belajar mengajar, efektivitasnya tergantung dari beberapa unsur. Efektivitas suatu kegiatan tergantung dari terlaksana tidaknya perencanaan. Karena perencanaan, maka pelaksanaan pengajaran menjadi baik dan efektif.
Jadi belajar mengajar itu merupakan proses interaksi antara guru dan siswa, yang dalam hal ini guru mengharapkan siswanya mendapat pengetahuan, kemampuan atau keterampilan dan sikap sehingga relevan dengan tujuan pengajaran yang disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki oleh siswa.
Namun pada kenyataannya dalam pembelajaran IPS di sekolah dasar (SD) terutama di SDN Reuleng Geulumpang Kecamatan Kuta Malaka Aceh Besar ditemukan permasalahan-permasalahan pembelajaran seperti kurangnya pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Hal ini dikarenakan guru mengajarkan dengan materi dan metode yang kurang menarik. Kelas didominasi oleh guru yakni guru menerangkan dan murid hanya mencatat dan mendengarkan. Dengan demikian tidak ada interaksi edukatif antara murid dengan guru .
Strategi pembelajaran seyogyanya mengembangkan kemampuan dasar siswa dan sikap positif siswa, sehingga proses pembelajaran lebih menarik, menantang, dan diharapkan prestasi menjadi lebih baik. Salah satu strategi pembelajaran yang memenuhi kriteria di atas adalah metode pembelajaran Pemberian Tugas.
Teknik pemberian tugas adalah merupakan suatu cara mengajar yang diterapkan dalam proses belajar mengajar. Biasanya guru memberikan tugas itu sebagai pekerjaan rumah ataupun memberikan tugas baik secara individu maupun secara kelompok untuk dikerjakan di sekolah. Tujuannya untuk melatih atau menunjang terhadap materi yang diberikan dalam kegiatan intra kurikuler, juga melatih tanggung jawab akan tugas yang diberikan.
Hal-hal di atas mendorong penulis untuk mengadakan penelitian apakah teknik pemberian tugas dapat meningkatkan prestasi belajar siswa tentang materi denah pada mata pelajaran IPS di SDN Reuleung Geulumpang Kecamatan Kuta Malaka Aceh Besar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut, apakah teknik pemberian tugas dapat meningkatkan prestasi belajar siswa tentang materi denah pada mata pelajaran IPS di SDN Reuleung Geulumpang Kecamatan Kuta Malaka Aceh Besar?
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah teknik pemberian tugas dapat meningkatkan prestasi belajar siswa tentang materi denah pada mata pelajaran IPS di SDN Reuleung Geulumpang Kecamatan Kuta Malaka Aceh Besar.
D. Manfaat Penelitian
Dengan penelitian ini akan diperoleh manfaat bagi penulis sendiri maupun orang lain atau lembaga-lembaga lain di bidang pendidikan, instansi kedinasan yang terkait dengan pendidikan, manfaat tersebut antara lain:
1. Manfaat teoritis
Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman karena sesuai dengan profesi yang penulis tekuni sebagai pendidik sehingga nantinya dapat diterapkan di lapangan.
2. Manfaat praktis
a. Dapat digunakan sebagai masukan bagi guru tentang arti pentingnya keaktifan dan kreatifitas siswa terhadap prestasi belajar IPS.
b. Memberi bahan pertimbangan dan bahan acuan atau masukan bagi peneliti yang sejenis
E. Anggapan Dasar
Anggapan dasar atau postulat menurut Winarno Surakhmad di dalam Suharsimi Arikunto (2002: 60) adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh peneliti. Maka yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah ”Seorang pengajar harus memahami teknik-teknik dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.”
F. Operasional Variabel
1) Teknik pemberian tugas
Teknik merupakan cara membuat atau melakukan sesuatu yang berhubungan dengan seni (Depdiknas, 2001:1158). Sedangkan pemberian tugas adalah suatu cara dalam proses belajar mengajar bilamana guru memberi tugas tertentu dan murid mengerjakannya, kemudian tugas tersebut dipertanggungjawabkan kepada guru (Zakiyah Darajat, 2004:298).
Adapun yang dimaksud dengan teknik pemberian tugas pada skripsi ini ialah cara yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan prestasi siswa dengan cara memberikan tugas setelah pembelajaran berlangsung, baik itu tugas di sekolah maupun tugas di rumah (PR).
2) Prestasi belajar
W.J.S Poerwadarminta (2003: 279) dengan singkat menjelaskan bahwa, ”Prestasi artinya hasil yang dicapai”. Maka dalam hubungannya dengan pembelajaran di sekolah maka yang dimaksud prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai seseorang atau siswa dalam mempelajari mata pelajaran yang telah diajarkan. Dimana hasilnya berwujud angka-angka yang dapat dilihat pada rapor siswa setelah ujian dilakukan.
3) Materi denah
Materi denah yaitu salah satu materi yang diajarkan pada murid Sekolah Dasar (SD) kelas III, mencakup dua materi pokok, yaitu denah rumah dan denah sekolah. Denah merupakan gambaran sederhana tentang suatu tempat. Denah dapat menunjukkan letak suatu tempat. Dari denah kita dapat menentukan arah utara, timur, barat, dan selatan letak suatu tempat (Nursa’ban, 2007:15). Adapun yang dimaksud dengan materi denah pada skripsi ini ialah materi denah sekolah.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Teknik Pemberian Tugas
1. Pengertian
Teknik merupakan kegiatan spesifik yang diimplementasikan dalam kelas, selaras dengan metode dan pendekatan yang telah dipilih (Efendy, 2009: 8)
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1999: 107), tugas diartikan sebagai sesuatu yang wajib dikerjakan atau ditentukan untuk dilakukan, pekerjaan yang menjadi tanggung jawab seseorang atau pekerjaan yang wajib dibebankan. Pemberian tugas adalah suatu pekerjaan yang harus anak diselesaikan tanpa terikat dengan tempat.
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa metode pemberian tugas adalah salah satu teknik yang digunakan dengan tujuan agar siswa melaksanakan latihan-latihan selama melakukan tugas, sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu dapat terintegrasi (Roestiyah, 2001:133).
Sementara itu, Nana Sudjana (2001:81), mengemukakan bahwa “tugas dan resitasi tidak sama dengan pemberian tugas, tetapi jauh lebih luas dari itu. Tugas bisa dilaksanakan di rumah, di sekolah, dan perpustakaan, dan di tempat lainnnya.” Oleh sebab itu, adanya perbedaan dari pendapat tersebut, bahwa pada dasarnya pengertian metode resitasi maupun pemberian tugas harus dapat merangsang para siswa untuk aktif belajar baik secara individual maupun secara kelompok. Dalam pelaksanaan metode ini siswa dapat mengerjakan tugasnya tidak hanya di rumah, mungkin di perpustakaan, di laboratorium, di kebun percobaan dan sebagainya untuk dipertanggungjawabkan kepada guru.
Dengan demikian, dari uraian tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pemberian tugas maupun resitasi yaitu untuk memberikan selingan variasi teknik penyajian ataupun dapat berupa pemberian tugas. Tugas semacam itu dapat dikerjakan di luar jam pelajaran, di rumah maupun sebelum pula, sehingga dapat dikerjakan bersama temannya.
Sejalan itu, Nana Sudjana (2001: 81), menjelaskan ketiga fase tersebut, ialah:
a. fase pemberian tugas. Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya dipertanggungjawabkan.
- tujuan yang akan dicapai
- jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang ditugaskan tersebut
- sesuai dengan kemampuan siswa
- ada petunjuk/sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa
- sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut
b. langkah pelaksanaan tugas
- diberikan bimbingan/pengawasan oleh guru
- diberikan dorongan sehingga anak mau bekerja
- diusahakan/dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang lain
- dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang diperoleh dengan baik dan sistematik
c. fase mempertanggungjawabkan. Hal yang harus dikerjakan pada fase ini.
- laporan siswa baik lisan/tertulis dari apa yang telah dikerjakannya.
- ada tanya jawab/diskusi kelas
- penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupun non tes atau cara lainnya
Dari konsep tersebut, bahwa bila guru telah memberikan tugas pada siswa, hari berikutnya harus dicek apakah sudah dikerjakan atau belum. Kemudian perlu dievaluasi, karena akan memberi motivasi belajar siswa. Tugas itu dapat berupa perintah, menyusun laporan/resume. Esok harinya laporan itu didiskusikan dengan siswa. Dengan demikian, apabila guru mengharapkan agar semua pengetahuan yang telah diterima anak lebih mantap.
Untuk mengaktifkan anak-anak mempelajari sendiri suatu masalah dengan membaca sendiri, mengerjakan soal-soal sendiri, dan mencoba sendiri. Sehingga anak-anak akan lebih rajin. Hal ini dinyatakan oleh S. Nasution (2000:57), ialah sebagai berikut:
“Untuk menguasai proses penemuan banyak diperlukan waktu, misalnya untuk merumuskan masalah, mencari hipotesis atau kemungkinan-kemungkinan memecahkan masalah itu kemudian mengadakan percobaan atau mengumpulkan data menurut cara-cara tertentu, menguji kebenaran hasilnya dan akhirnya mengambil kesimpulan. Tentu saja menguasai proses penemuan ini sangat berharga dalam kehidupan setiap pelajar dan setiap orang dalam dunia yang dinamis ini yang penuh dengan problema-problema baru.”
Dari ungkapan tersebut, bahwa keuntungan teknik itu belum didukung oleh bukti-bukti ilmiah akan tetapi pada umumnya diakui kebaikannya oleh guru-guru menurut pengalaman masing-masing.
Dengan demikian, teknik pemberian tugas ini ada keuntungan dan kelemahannya. Hal ini Oemar Hamalik (2000:101-103), merumuskannya, ialah sebagai berikut:
1. Keuntungannya
a. Pemberian tugas memberi kesempatan pada murid-murid belajar lebih baik, lebih luas dan lebih giat.
b. Pemberian tugas memberi dorongan pada murid-murid belajar dan berusaha memecahkan masalah yang dihadapinya
c. Menambah pengetahuan murid dan mengembangkan rasa tanggung jawab serta mengembang rasa sosial
d. Memungkinkan relasi antara sekolah dan keluarga secara lebih erat. Dan memperkuat motivasi murid untuk belajar.
e. Dapat mengisi pekerjaan senggang murid-murid dan memberikan kesempatan pada murid untuk mengembangkan kemampuan masing-masing sesuai dengan tugas yang diberikan. Juga memberikan hiburan, jadi sebagai alat rekreasi terutama jika tugas itu menarik minat mereka.
2. Kelemahan-kelemahannya
a. Pemberian tugas memerlukan pengawasan yang benar daripada guru dan orang tua, sukar untuk menetapkan apa tugas itu dipecahkan sendiri atau hanya atas pertolongan orang lain.
b. Sukar menilai pekerjaan dengan tepat dan adil karena memungkinkan benar menjiplak. Di dalam tugas secara kelompok, sering ada murid yang tidak rela bekerja untuk memecahkan bersama melainkan hanya menyadarkan keseluruhannya pada anggota yang lain.
c. Dapat menimbulkan prustasi dan kekecewaan pada murid kalau tugas tidak menarik minatnya dan gagal menyelesaikannya. Juga sukar menetapkan dengan tepat bahan mana yang paling sesuai untuk murid agar dikerjakannya.
d. Sukar diselesaikan oleh murid-murid yang tinggal pada lingkungan keluarga yang kurang teratur. Sukar dikerjakan oleh murid yang orang tuanya tidak menyetujui akan sistem pemberian pemberian tugas.
Jika perlu diingat, bahwa semua guru pasti memberi tugas. Oleh sebab itu, kenyataan siswa banyak mempunyai tugas dari beberapa mata pelajaran. Akibatnya tugas itu terlalu banyak diberikan pada siswa, menyebabkan siswa mengalami kesukaran untuk mengerjakan, serta dapat mengganggu pertumbuhan siswa, karena tidak mempunyai waktu lagi untuk melakukan kegiatan-kegiatan lain yang perlu untuk perkembangan jasmani dan rohaninya pada usianya.
Di samping itu pula kalau guru memperhatikan hal-hal tersebut, maka walaupun teknik ini baik untuk digunakan, tetapi jangan terlalu kerap kali diberikan agar tidak terlalu menyita waktu siswa, dan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan siswa secara wajar.
2. Tujuannya
Teknik pemberian tugas biasanya digunakan dengan tujuan. Agar hasil belajar siswa memuaskan, guru perlu merumuskan tujuan yang jelas hendak dicapai oleh para siswa. Hal ini dikemukakan oleh Roestiyah N.K. (2007: 133), ialah sebagai berikut:
“Di samping itu untuk memperoleh pengetahuan secara melaksanakan tugas akan memperluas dan memperkaya pengetahuan serta keterampilan siswa di sekolah, melalui kegiatan-kegiatan di luar sekolah itu. Dengan kegiatan melaksanakan tugas siswa aktif belajar, dan merasa terangsang untuk meningkatkan belajar yang lebih baik, memupuk inisiatif dan berani bertanggung jawab sendiri. Banyak tugas yang harus dikerjakan siswa, hal itu diharapkan mampu menyadarkan siswa untuk selalu memanfaatkan waktu senggangnya untuk hal-hal yang menunjang belajarnya, dengan mengisi kegiatan-kegiatan yang berguna dan konstruktif.”
Dari ungkapan tersebut, bahwa guru diharapkan bila menggunakan teknik ini agar sasaran yang disebutkan di atas dapat tercapai, maka perlu mempertimbangkan apakah tujuan-tujuan yang akan dicapai dengan tugas itu cukup jelas? Cukup dipahami oleh siswa, sehingga mereka melaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Begitu juga tugas yang diberikan cukup jelas bagi siswa, sehingga mereka tidak bertanya-tanya lagi apa yang harus dikerjakan, dan apa yang menjadi tugasnya.
Setelah siswa memahami tujuan dan makna tugas, maka mereka akan melaksanakan tugas dengan belajar sendiri, atau mencari nara sumber sesuai dengan tujuan yang telah digariskan dan penjelasan dari guru. Dalam proses ini guru perlu mengontrol, pelaksanaan tugas itu, apakah dikerjakan dengan baik, apakah dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak dikerjakan oleh orang lain, maka perlu diawasi dan diteliti.
Dengan demikian, tujuan pemberian tugas/resitasi pada dasarnya, ialah sebagaimana menurut pandangan modern yang dikemukakan oleh Oemar Hamalik (2000:95-96), merumuskan, ialah sebagai berikut:
a. Agar murid menambah pengetahuan secara harmonis. Anak sebagai pribadi diberikan pemberian tugas untuk melatih dan mengembangkan fungsi-fungsi rohani secara harmonis.
b. Agar murid melatih diri belajar sendiri. Murid memecahkan dan menyelesaikan tugas rumahnya dengan usaha dan semangatnya sendiri.
c. Agar murid memakai waktunya secara teratur dan secara ekonomis. Murid perlu membagi waktu untuk belajar, istirahat, mencari hiburan atau rekreasi agar hidupnya seimbang.
d. Agar murid menggunakan waktu terluang untuk memecahkan dan menyelesaikan pekerjaan yang diberikan kepadanya. Hal ini penting justeru untuk menghindarkan mereka dari tingkah laku yang negatif dan destruktif.
e. Belajar disiplin, artinya murid belajar mengontrol dirinya sendiri dalam menggunakan waktu dan menyelesaikan tugas pada waktunya dan tidak menangguhnya atau mengabaikannya.
f. Murid-murid belajar mencari dan menemukan cara-cara yang sesuai dan tepat untuk menyelesaikan dan memecahkan tugas yang diberikan.
g. Agar anak dapat memahami sesuatu secara mendalam di samping ia mendengarkan di sekolah.
Jadi jelas bahwa konsep mengenai tujuan tersebut, dapat diambil kesimpulan yaitu pemberian tugas sangat penting, baik sebagai azasi maupun sebagai teknik mengajar, untuk memberikan pengalaman dan perkembangan murid.
B. Hasil Belajar sebagai Tujuan Pendidikan
Salah sat tugas pokok guru ialah mengevaluasi taraf keberhasilan rencana dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Untuk melihat bagaimana taraf keberhasilan mengajar guru dan belajar siswa secara tepat dan dapat dipercaya, kita memerlukan informasi yang didukung oleh data yang objektif dan memadai tentang indikator-indikator perubahan perilaku dan pribadi para siswa. Oleh sebab itu, kita biasanya berusaha mengambil cuplikan saja yang diharapkan mencerminkan keseluruhan perubahan perilaku itu. Tetapi sebelumnya indikator-indikator tentang hasil belajar (prestasi) sebagai tujuan pendidikan, penulis akan membahas tentang:
1. Pengertian hasil (prestasi) belajar
W.S. Winkel (2007:162), bahwa “hasil (prestasi) belajar adalah bukti keberhasilan usaha yang dicapai.” Oleh sebab itu yang dimaksud dengan hasil (prestasi) ialah usaha seseorang yang dicapai dalam perbuatan belajar. Abin Syamsudin (2000:134), mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu.”
Dengan demikian, bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh individu secara disadari dan disengaja sehingga terjadi perubahan, baik itu dalam segi pengetahuan, keterampilan, maupun dalam sikap. Perubahan dalam belajar bersifat progresif dan adapif. Abin Syamsudin (2000:135), mengemukakan ciri-ciri perubahan yang merupakan perilaku belajar, diantaranya ialah:
1) bahwa perubahan itu intensional, dalam arti pengalaman atau praktek atau latihan dengan sengaja dan disadari dilakukan dan bukan secara kebetulan, dengan demikian perubahan karena kematangan atau keletihan atau karena penyakit tidak dapat dipandang sebagai perubahan hasil belajar.
2) bahwa perubahan itu positif, dalam arti sesuai seperti yang diharapkan (normative) atau kriteria keberhasilan (criteria of success) baik dipandang dari segi siswa maupun dari bakat khususnya.
3) bahwa perubahan itu efektif, dalam arti pengaruh dan makna tertentu bagi pelajar yang bersangkutan, serta fungsional, dalam arti perubahan hasil pelajar itu (setidaknya sampai batas waktu tertentu) relatif tetap dan setiap saat diperlukan dapat direproduksikan dan dipergunakan seperti dalam pemecahan masalah, baik dalam ujian, ulangan. Adapun dalam penyelesaian diri dalam kehidupan sehari-hari dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Dalam konsep tersebut, jelaslah pengertian belajar adalah merupakan proses usaha atau interaksi yang dilakukan individu untuk memperoleh sesuatu yang baru dan perubahan seluruh tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman-pengalaman itu sendiri. Dari pengertian hasil/prestasi dan belajar tersebut, menurut W.S. Winkel (2007:201) bahwa untuk istilah prestasi (hasil) belajar, yakni hasil belajar nampak dalam tingkah laku siswa, misalnya menyebutkan huruf-huruf dalam abjad secara berurutan.”
Jadi yang dimaksud dengan hasil/prestasi belajar adalah suatu hasil yang diperoleh dengan suatu proses usaha yang disengaja dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku, baik jasmani maupun rohani sebagai hasil pengalamannya dan interaksinya dengan lingkungan..
2. Tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan bukanlah merupakan suatu terminal yang bersifat tetap dan statis, tetapi terintegritas dan berkembang selama hidup dalam diri terdidik. Realisasinya masalah tujuan pendidikan secara umum akan berkaitan dengan pengertian atau konsep tujuan hidup manusia. Menurut Oemar Hamalik (2007,129) mengemukakan pendidikan bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik yang mencakup pengetahuan (kognitif) sikap (efektif) keterampilan (skill) perilaku hasil tindakan, serta pengalaman exploratis (pengalaman lapangan).
Berkenaan dengan tujuan pendidikan, selain dapat ditelaah dari segi isi atau materi yang terkandung di dalamnya juga dapat dilihat dari segi pengolahan pendidikan pada tarap ialah sebagai berikut:
(1) organisasi makro, yakni sistem pendidikan sekolah pada taraf nasional, (2) organisasi meso, yakni pengaturan program pendidikan di sekolah tertentu, sesuai dengan ciri khas jenjang pendidikan tertentu, (3) organisasi mikro, yakni perencanaan dan pelaksanaan suatu proses belajar mengajar tertentu, di dalam ruang kelas, yang diperuntukkan kelompok siswa tertentu pula” (W.S. Winkel, 2007:23).
Atas konsep tersebut, maka tujuan pendidikan juga dapat dibedakan menjadi tujuan-tujuan umum dan khusus, tujuan-tujuan pendidikan lengkap dan tidak lengkap, tujuan-tujuan pendidikan akhir dan antara atau sementara. Cara pembedaan lainnya juga sering digunakan, seperti tujuan-tujuan pendidikan universal, nasional, institusional, dan instruksional.
3. Tipe hasil belajar
Para ahli, pada prinsipnya tipe hasil belajar itu meliputi, tipe hasil belajar bidang kognitif, tipe hasil belajar bidang afektif, dan tipe hasil belajar psikomotor.
Adapun uraian secara rinci tentang tipe-tipe hasil belajar, Nana Sudjana (2001:50), mengemukakan ialah:
a. Tipe hasil belajar bidang kognitif
- tipe hasil belajar pengetahuan hafalan (knowledge)
- tipe hasil belajar penerapan (aplikasi)
- tipe hasil belajar analisis
- tipe hasil belajar sintesis
- tipe hasil belajar evaluasi
Sementara itu, menurut Lewin yang dikutip oleh Wasty Soemanto (2006:122), ialah sebagai berikut:
“Bahwa tingkah laku merupakan hasil interaksi antar kekuatan-kekuatan, baik yang dari dalam diri individu seperti tujuan, kebutuhan, tekanan kejiwaan, maupun dari luar diri individu seperti tantangan dan permasalahan. Belajar berlangsung sebagai akibat dari perubahan dalam struktur kognitif itu adalah hasil dari dua macam kekuatan, satu dari struktur medan kognisi itu sendiri, yang lainnya dari kebutuhan dan motivasi internal individu.”
b. Tipe hasil belajar bidang afektif
Yang dimaksud dengan bidang afektif “ialah karakteristik situasi emosional yang terdapat dalam diri individu. Situasi emosional yang terdapat dalam diri individu mempengaruhi dan mewarnai tingkah lakunya termasuk dalam kegiatan belajar” (Moh. Surya, 2003:68). Oleh sebab itu, bidang afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatian terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan lain-lain.
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa efisiensi proses belajar dipengaruhi oleh karakteristik afektif para siswa terutama dalam hubungannya dengan kesiapan dan tindakan belajar.
c. Tipe hasil belajar psikomotor
Hasil belajar bidang psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan, kemampuan bertindak individu. Hal ini dikemukakan oleh Moh. Surya (2003:72), ialah sebagai berikut:
“Salah satu tujuan proses belajar ialah membantu belajar untuk memperoleh keterampilan dalam beberapa kegiatan seperti menulis tangan, mengetik, menggambar, menari, menggunakan berbagai alat, dan lainnya. Untuk itu diperlukan adanya kecakapan psikomotor. Dalam situasi belajar semacam ini guru harus memahami hakekat keterampilan yang akan diajarkan dan dapat mendemonstrasikannya. Jadi guru sendiri harus telah memiliki kecakapan psikomotor yang diperlakukan.”
Dari ungkapan tersebut, tipe hasil belajar yang dikemukakan tersebut sebenarnya tidak berdiri sendiri, tapi selalu berhubungan satu sama lain bahkan ada dalam kebersamaan. Oleh sebab itu, hasil belajar psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan, kemampuan bertindak individu. Ada 6 tingkatan keterampilan yakni:
a. Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar)
b. Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar
c. Kemampuan perceptual termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif motorik dan lain-lain.
d. Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, ketepatan.
e. Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks.
f. Kemampuan yang berkenaan dengan non decursive komunikasi seperti gerakan ekspresif, interpretatif.
Dengan demikian bahwa pada dasarnya ketiga hasil belajar tersebut dalam pengajaran merupakan tiga hal yang secara perencanaan dan pragmatik terpisah, namun dalam kenyataannya pada diri siswa akan merupakan satu kesatuan yang utuh dan bulat. Ketiganya itu dalam kegiatan belajar mengajar, masing-masing direncanakan sesuai dengan butir-butir bahan pelajaran. Karena semua itu bermuara kepada anak didik, maka setelah terjadi proses internalisasi, terbentuklah suatu kepribadian yang utuh. Dan untuk itu semua, diperlukan sistem lingkungan yang menduung.
Hal ini menurut Nana Sudjana (2001:54), bahwa “dalam proses belajar mengajar di sekolah saat ini tipe hasil belajar kognitif lebih dominan jika dibandingkan dengan tipe hasil belajar bidang afektif dan psikomotorik. Sekalipun demikian, tidak berarti bidang afektif dan psikomotor diabaikan.”
Demikian beberapa tipe hasil belajar, yang sangat penting diketahui guru, sebagai dasar dalam membuat tujuan pengajaran. Bagaimana cara membuat tujuan pengajaran sehubungan dengan hasil belajar di atas.
C. Hubungan Teknik Pemberian Tugas dalam Proses Mengajar IPS di Kelas III
1. Hakikat pembelajaran IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan program pendidikan yang berupaya mengembangkan pemahaman siswa tentang bagaimana manusia sebagai individu dan kelompok hidup bersama dan berinteraksi dengan lingkungannya baik fisik maupun sosial. Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial ataupun pengetahuan sosial bertujuan agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan sosial, yang berguna bagi kemajuan dirinya sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat (Saidihardjo, 2005: 109).
Dari penjelasan diatas dapat penulis simpulkan bahwa pendidikan ilmu sosial merupakan suatu program pendidikan pada siswa untuk mengenal dunia sosial yang ada di sekitar ligkungannya. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan (BSNP, 2006: 159).
Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1). Mengenal konsep- konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lilngkungannya.
2). Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
3). Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai- nilai sosial dan kemanusiaan.
4). Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global (BSNP, 2006: 159).
2. Jenis tugas
Dalam menerapkan teknik pemberiann tugas, seorang guru hendaknya terlebih dahulu memberikan tugas-tugas yang baik secara perorangan kepada siswa dengan mempertimbangkan:
a. Tujuan yang akan dicapai.
b. Jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang ditugaskan tersebut.
c. Sesuai dengan kemampuan siswa.
d. Ada petunjuk atau sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa.
e. Disediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut.
Adapun menurut Zakiyyah Darajat pemberian tugas dapat dilakukan dalam beberapa hal, yaitu:
1. Murid diberi tugas mempelajari bagian dari suatu buku teks baik secara kelompok maupun secara perorangan. Diberi waktu tertentu untuk mengerjakannya, kemudian murid yang bersangkutan mempertanggungjawabkan.
2. Murid diberi tugas untuk melaksanakan sesuatu yang tujuannya melatih mereka dalam hal yang bersifat kecakapan mental dan motorik.
3. Murid diberi tugas untuk mengatasi masalah tertentu atau problem tertentu dengan cara mencoba untuk mengucapkannya. Dengan tujuan agar murid biasa berfikir ilimiah (logis dan sistematis) dalam memecahkan suatu masalah.
4. Murid diberi tugas untuk melaksanakan proyek dengan tujuan agar murid-murid membiasakan diri untuk bertanggungjawab terhadap penyelesaian suatu masalah, yang telah disediakan dana bagaimana mengolah selanjutnya.
Dalam teknik pemberian tugas atau resitasi ini syarat yang harus diketahui oleh pendidik dan siswa yang diberi tugas yaitu :
1. Tugas yang diberikan harus berkaitan dengan pelajaran yang telah mereka pelajari, sehingga muri disamping sanggup mengerjakannya juga sanggup menghubungkannya dengan pelajaran-pelajaran tertentu.
2. Guru harus dapat mengukur dan memperkirakan bahwa tugas yang diberikan kepada murid akan dapat dilaksanakannya karena sesuai kesanggupan dan kecerdasan yang dimilikinya.
3. Guru harus menanamkan kepada murid bahwa tugas yang diberikan kepada mereka akan dikerjakan atas kesadaran sendiri yang ditimbul dari hati sanubarinya.
4. Jenis tugas diberikan kepada murid harus dimengerti benar-benar sehingga murid tidak ada keraguan dalam melaksanakannya.
Sedangkan Rusyan, (2000:14) mengemukakan bahwa teknik pemberian tugas dapat dilakukan dengan jenis tugas sebagai berikut :
a. Membuat rangkuman
b. Membuat makalah/paper
c. Menjawab pertanyaan atau menyelesaikan soal-soal tertentu
d. Mengadakan observasi atau wawancara
e. Mengadakan latihan
f. Mendemonstrasikan sesuatu
g. Menyelesaikan pekerjaan tertentu
D. Hubungan Teknik Pemberian Tugas dengan Prestasi Belajar
1. Faktor pendidik (guru)
Diperlukan penerapan peranan guru yang tidak saja sebagai penyaji informasi, tetapi juga sebagai fasilitator, motivator, pembimbing, yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencari dan mengolah sendiri informasi (Sudirman dkk., 2004: 111). Oleh sebab itu tugas guru dalam proses belajar mengajar ialah menyediakan dan mengaktifkan siswa belajar dengan menyediakan kondisi belajar seoptimal mungkin. Kondisi belajar yang optimal dapat dicapai apabila guru mempunyai kemampuan mengatur siswa, mengatur sarana pengajaran, serta mengendalikan dalam suasana yang menyenangkan.
Mengenai kompetensi guru, menurut Nana Sudjana (2001:19), merumuskan ialah sebagai berikut:
Kemampuan guru/kompetensi guru yang banyak hubungannya dengan usaha meningkatkan proses dan hasil belajar dapat diguguskan ke dalam empat kemampuan yakni; (a) merencanakan program belajar mengajar, (b) melaksanakan dan memimpin/ mengelola proses belajar mengajar, (c) menilai kemajuan proses belajar mengajar, (d) menguasai bahan pelajaran dalam pengertian menguasai bidang studi atau mata pelajaran yang dipegangnya/dibinanya.
Dengan demikian terdapat hubungan yang positif antara penguasaan bahan oleh guru dengan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Artinya makin tinggi kepuasan bahan pelajaran oleh guru makin tinggi pula hasil belajar yang dicapai siswa. Hal ini dikemukakan oleh S. Nasution (2000:139), ialah sebagai berikut:
“Bahwa hasil belajar murid, khususnya dalam bidang akademis, banyak bergantung pada kemampuan guru mengajar. Dalam bidang lain, seperti bidang afektif, kita mengetahui bagaimanakah pengaruh guru terhadap perkembangan pribadi atau watak anak. Namun dari sekolah diharapkan agar anak dikembangkan menjadi warga negara yang baik, mengenal, menghargai dan menerapkan nilai-nilai dan norma yang dijunjung tinggi oleh bangsa dan negara.”
Jadi pada dasarnya ada tiga kemampuan guru di dalam proses belajar mengajar yang erat hubungannya dengan hasil belajar yang dicapai siswa, yaitu pertama kemampuan guru melaksanakan proses belajar mengajar, kedua kemampuan guru dalam menguasai materi pelajaran, dan ketiga kemampuan guru dalam menilai kemajuan proses belajar mengajar.
2. Keadaan siswa
Siswa sebagai subjek dalam proses belajar mengajar harus melakukan kegiatan belajar dengan penuh kesadaran, kesungguhan dan tanpa paksaan untuk memperoleh tingkat penguasaan pengetahuan, kemampuan serta sikap yang dikehendaki dari proses belajar mengajar. Kemampuan siswa melakukan kegiatan belajar ditunjang oleh beberapa unsur yang ada di dalam dirinya.
Dengan demikian, dalam interaksi anak didik dengan lingkungan lambat laun mendapat kesadaran akan dirinya sebagai pribadi. Anak didik belajar untuk memandang diri sebagai objek seperti orang lain memandang dirinya. Anak didik dapat membayangkan kelakuan apa yang diharapkan orang lain dari padanya, dan juga dapat mengatur kelakuannya seperti yang diharapkan orang dari padanya, yaitu unsur intelegensi, motivasi, minat, dan bakat. Adapun untuk lebih jelas rincian keempat unsur tersebut adalah:
a. Intelegensi
Menurut W.S. Winkel (2007:84), bahwa “inteligensi yaitu kemampuan untuk mencapai prestasi di sekolah, yang di dalamnya berpikir memegang peranan pokok.”
Berpijak dari pengertian di atas dapat dinyatakan bahwa intelegensi merupakan kemampuan intelektual yang dimiliki siswa dalam mewarnai kemampuan prestasi belajar yang dicapainya dari proses belajar mengajar yang dilakukannya. Oleh sebab itu, dari batasan yang dikemukakan tersebut dapat diketahui bahwa:
(a) Intelegensi itu ialah faktor total. Berbagai macam daya jiwa erat di dalamnya (ingatan, fantasi, perasaan, perhatian, minat, dan sebagainya turut mempengaruhi intelegensi seseorang).
(b) Kita hanya dapat mengetahui intelegensi, dari tingkah laku atau perbuatannya yang tampak. Intelegensi hanya dapat diketahui dengan cara tidak langsung, melalui kelakuan intelegensinya.
(c) Bagi suatu perbuatan intelegensi bukan hanya kemampuan yang dibawa sejak lahir saja yang penting. Faktor-faktor ing dan pendidikan pun memegang peranan.
(d) Bahwa manusia itu dalam kehidupannya senantiasa dapat menentukan tujuan-tujuan yang baru, dapat memikirkan dan menggunakan cara-cara untuk mewujudkan dan mencapai tujuan itu.” (M. Ngalim Purwanto, 2002:60).
Dengan demikian, dalam suatu proses belajar mengajar akan menghasilkan belajar yang baik jika siswa memiliki taraf intelegensi yang tinggi atau cerdas, dan sebaliknya jika taraf intelegensi siswa rendah maka akan menghasilkan prestasi belajar siswa yang kurang baik pula.
b. Motivasi
Menurut Sarwono (2002:64), bahwa motivasi ialah yang “menunjuk kepada seluruh proses gerakan itu, termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan atau akhir daripada gerakan atau perbuatan.”
Dari pembicaraan tentang motivasi belajar tersebut, dapat diketemukan dua prinsip penting, hal ini dikemukakan oleh Wasty Soemanto (2006:191), ialah sebagai berikut:
1) Motivasi adalah suatu proses di dalam individu. Pengetahuan tentang proses ini membantu kita untuk menerangkan tingkah laku yang diamati dan meramalkan tingkah laku-tingkah laku lain dari orang itu.
2) Kita menentukan diri daripada proses ini dengan menyimpulkan dari tingkah laku yang dapat diamati.
Dengan demikian bahwa motivasi belajar memegang peranan penting dalam memberikan gairah atau semangat dalam belajar, sehingga siswa yang bermotivasi kuat memiliki energi banyak untuk melakukan kegiatan belajar.
c. Minat
Minat sebagai kecenderungan subjek yang mantap untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu. (W.S. Winkel, 2007: 105). Oleh sebab itu, kegiatan akan berjalan dengan lancar apabila ada minat itu akan membangkitkan minat belajar yang besar.
Dengan ungkapan tersebut, dapat dinyatakan bahwa minat suatu faktor psikologi yang mengandung faktor senang, terdorong dan merasa bisa dan merupakan kecenderungan yang ada pada diri individu yang disebabkan karena adanya kesadaran dan yang merasa disenangi sehingga melakukan suatu aktivitas yang berhubungan dengan dirinya.
Menurut S. Nasution (2000:85), “proses belajar mengajar akan berjalan lancar bila ada minat. Anak-anak malas, tidak belajar dan gagal karena tidak adanya minat.” Oleh sebab itu, siswa yang tidak berminat mengikuti pelajaran, belajarnya juga segan, angkanya rendah, sehingga kurang menggairahkan untuk belajar, dan banyak yang otaknya cerdas tetapi malas belajar, sehingga gagal juga dalam studinya.
Dengan demikian, dari uraian tersebut pada dasarnya masalah minat penting bagi keberhasilan belajar, karena menyangkut senang dan bergairah belajar atau dengan kata lain semangat belajarnya tinggi. Jadi tinggi minat siswa untuk belajar pada suatu proses belajar mengajar maka akan semakin tinggi pula prestasi (hasil) belajar yang dicapainya.
d. Bakat
Menurut Hilgard dalam Slameto (2003 : 57) bahwa bakat adalah the capacity to learn. Dengan kata lain, bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu akan terealisasi pencapaian kecakapan yang nyata sesudah belajar atau terlatih. Kemudian menurut Muhibbin (2003 : 136) bahwa bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki oleh seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
Berdasarkan ungkapan tersebut, dapat dinyatakan bahwa bakat merupakan seluruh kemungkinan atau kesanggupan (potensi) yang terdapat pada suatu individu dan yang selama masa perkembangannya benar-benar dapat diwujudkan. W.S. Winkel (2007:88), bawa pada dasarnya “bakat merupakan kemampuan yang menonjol di bidang studi tertentu, misalnya di bidang studi ekonomi maupun di bidang yang lainnya.”
3. Tujuan pengajaran sebagai indikator keberhasilan
Mengajar adalah peristiwa bertujuan, artinya mengajar merupakan peristiwa yang terikat oleh tujuan, tertera pada tujuan, dan dilaksanakan semata-mata untuk mencapai tujuan itu. Dalam kegiatan proses belajar mengajar “tujuan instruksional-lah yang merupakan hasil belajar bagi siswa setelah melakukan proses belajar di bawah bimbingan guru dalam kondisi yang kondusif” (Sardiman AM, 2004:68).
Dengan demikian, tujuan pengajaran merupakan pangkal tolak keberhasilan dalam mengajar. Makin jelas rumusan tujuan, makin mudah menyusun rencana dan melaksanakan kegiatan belajar siswa di bawah bimbingan guru. Yang perlu diperhatikan dalam merencanakan dan merumuskan tujuan instruksional khusus. Hal ini dikemukakan oleh Sardiman AM (2004:69), bahwa “tujuan instruksional merupakan tujuan pengajaran yang bersifat khusus sebagai penjabaran dari tujuan umum pengajaran, ini lebih bersifat khusus dan konkrit, dalam arti dapat diukur atau dapat diamati hasilnya.”
Berangkat dari uraian tersebut dapat dinyatakan bahwa tujuan instruksional yang dirumuskan dalam tujuan operasional yang baik, akan dapat mewujudkan hasil belajar siswa yang baik pula. Jadi proses belajar mengajar yang tujuan instruksionalnya dirumuskan berpusat pada tingkah laku murid, mengkhusus dalam bentuk-bentuk terbatas, dan realistis bagi kebutuhan perkembangan pelajaran, akan sangat dominan kaitannya dengan hasil belajar yang dicapai siswa.
4. Materi Pelajaran IPS sebagai Isi Kegiatan Belajar Mengajar
Bahan/materi pelajaran adalah isi yang diberikan kepada siswa pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar. Melalui materi/bahan pelajaran ini siswa diantarkan kepada tujuan pengajaran. Dengan kata lain tujuan yang akan dicapai siswa diwarnai dan dibentuk oleh materi/bahan pelajaran. Bahan pelajaran pada hakekatnya adalah isi dari mata pelajaran atau bidang studi yang diberikan kepada siswa sesuai dengan kurikulum yang digunakan. Hal ini dikemukakan oleh W.S. Winkel (2007:193), ialah sebagai berikut:
“Materi pelajaran adalah sarana yang digunakan untuk mencapai tujuan instruksional, bersama dengan prosedur didaktik dan media pengajaran, materi pelajaran membawa siswa ke tujuan instruksional, yang mempunyai aspek jenis perilaku dan aspek isi. Materi pelajaran dapat berupa macam-macam bahan, seperti suatu naskah, persoalan, gambar, isi audio cassette, preparat topik perundingan dengan para siswa, jawaban dengan siswa dan lain sebagainya. Materi pelajaran adalah bahan yang digunakan untuk belajar dan membantu untuk mencapai tujuan instruksional, di mana siswa harus melakukan sesuatu terhadap sesuatu menurut jenis perilaku tertentu.”
Dari ungkapan tersebut tanpa bahwa materi pelajaran itu dapat dimanfaatkan dan membantu untuk mencapai tujuan instruksional seefisien dan seefektif mungkin. Dan terdapat kaitan antara tujuan instruksional khusus menurut aspek isi dengan materi pelajaran yang dipilih untuk mencapai tujuan itu, tetapi isi tujuan instruksional khusus dan materi pelajaran tidak jatuh sama.
Dengan demikian, kiranya sudah jelas bahwa guru harus mengadakan pilihan terhadap materi pelajaran yang tersedia atau dapat disediakan. Untuk mengadakan pilihan yang tepat, dibutuhkan sejumlah kriteria, berdasarkan kriteria itu dapat dipilih materi pelajaran yang sesuai. Adapun kriteria tersebut adalah sebagai berikut:
(a) materi pelajaran harus relevan terhadap tujuan instruksional yang harus dicapai. Ini berarti bahwa:
(1) materi pelajaran harus memungkinkan memperoleh jenis perilaku yang akan dituntut dari siswa. Yaitu jenis perilaku di ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
(2) Materi pelajaran harus memungkinkan untuk menguasai tujuan instruksional menurut aspek isi.
(b) materi pelajaran harus sesuai dalam tarap kesulitannya dengan kemampuan siswa untuk menerima dan mengolah materi itu.
(c) materi pelajaran harus dapat menunjang motivasi siswa, antara lain karena relevan dengan pengalaman hidup sehari-hari siswa, sejauh hal itu mungkin.
(d) materi pelajaran harus sesuai dengan media pengajaran yang tersedia (W.S. Winkel, 2007:195).
Jadi materi pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, dan kapasitas kemampuan siswa serta mempunyai lingkup dan urutan yang jelas dan berarti dalam proses belajar mengajar mempunyai hubungan yang positif dengan prestasi belajar yang dicapai siswa.
5. Memilih metode dan alat pelajaran
a. Memilih metode
Metode merupakan suatu alat atau cara dalam menyampaikan suatu materi bahan pelajaran yang telah diprogramkan. Hal ini dikemukakan oleh Nawawi (2005:4) “Metode adalah cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan”. Oleh sebab itu yang dimaksud dengan metode yaitu cara yang sistematik yang digunakan untuk mencapai tujuan.
Dari penjelasan uraian tersebut dapat ditarik suatu pernyataan, bahwa metode adalah suatu cara yang sistematis yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan, makin baik metode itu, makin efektif pula pencapaian tujuan. Untuk menetapkan apakah sebuah metode dapat disebut baik, diperlukan patokan yang bersumber dari beberapa faktor, faktor utama yang menentukan adalah tujuan yang akan dicapai.
b. Alat pelajaran
Alat bantu mengajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan dalam mengajar agar pengajaran dapat berlangsung. Hal ini dikemukakan oleh S. Nasution (2000:115) “adanya alat-alat itu dapat mengubah pikiran manusia, mengubah cara kerja dan cara hidupnya. Juga pendidikan tidak bebas dari pengaruh teknologi. Oleh sebab itu, alat-alat yang dapat digunakan untuk semua mata pelajaran, dan ada pula yang hanya untuk satu jam pelajaran saja, yang biasa disebut alat peraga.
Dengan demikian, alat pelajaran yang efektif dan efisien rat kaitannya dengan prestasi belajar yang dicapai siswa.
6. Pretest dan Postest (penilaian)
Untuk menilai keefektifan suatu proses belajar mengajar dapat diadakan dengan suatu test, yaitu tes awal atau pretest dan tes akhir atau postes. Pretest dilaksanakan sebelum materi pelajaran diberikan kepada siswa, mengandung maksud untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai tujuan-tujuan materi pelajaran yang hendak dicapai dalam suatu proses belajar mengajar. Sedangkan posttest diberikan setelah siswa menyelesaikan suatu program dalam suatu proses belajar mengajar yang dilakukannya, dengan maksud untuk mengetahui adakah siswa telah menguasai tujuan materi yang telah diberikan. Jadi dengan melihat “perbedaan hasil pretest dan posttest, guru dapat mengetahui apakah proses pengajaran berhasil dengan baik atau tidak.” (Muhammad Ali, 2000:50)
Berdasarkan uraian tersebut pada prinsipnya bila hasil pretest rendah dan hasil posttest tinggi berarti proses belajar mengajar berhasil dengan baik. Maka pretest dan post test dalam proses belajar mengajar sangat erat kaitannya dengan hasil belajar yang telah dicapai siswa.
7. Waktu
Connya Semiawan, dkk. (2000:64), mengemukakan bahwa:
“Waktu yang tersedia dalam jadwal untuk setiap pelajaran, untuk setiap caturwulan dan untuk satu tahun ajaran sangat terbatas. Karena itu, diperlukan pengaturan waktu yang tersedia. Melalui pengaturan waktu yang tersedia, diharapkan siswa dapat melakukan berbagai kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pengajaran.”
Dengan ungkapan tersebut, bahwa waktu yang tersedia dalam proses belajar mengajar yang tersedia dapat dirasakan lama dan menjadi sumber tekanan bagi anak jika diisi dengan kegiatan yang kurang menggairahkan anak dalam belajar. Sebaliknya, waktu yang tersedia akan dirasakan singkat bila diisi dengan kegiatan-kegiatan yang menggairahkan anak dalam belajar. Waktu yang tersedia hendaknya diisi dengan kegiatan-kegiatan yang selain menggairahkan siswa untuk belajar juga dapat memberikan hasil belajar yang produktif.
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan suatu cara yang digunakan untuk menyelidiki suatu masalah tertentu sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam sebuah penelitian. (Arikunto, 2002 :102)
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk kata-kata dan gambar, kata-kata disusun dalam kalimat, misalnya kalimat hasil wawancara antara peneliti dan informan. Penelitian kualitatif bertolak dari filsafat konstruktivisme yang berasumsi bahwa kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif dan suatu pertukaran pengalaman sosial yang diinterpretasikan oleh individu-individu. Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut perspektif partisipan. Partisipan adalah orang-orang yang diajak berwawancara, diobservasi, diminta memberikan data, pendapat, pemikiran, persepsinya (Sukmadinata, 2005: 94).
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu berusaha mendapatkan informasi yang selengkap mungkin mengenai penggunaan teknik pemberian tugas dalam proses pembelajaran IPS kelas III SD Negeri Reuleung Geulumpang Kecamatan Kuta Malaka Kabupaten Aceh Besar. Informasi yang digali lewat wawancara mendalam terhadap informan (Kepala Sekolah dan guru). Teknik kualitatif dipakai sebagai pendekatan dalam penelitian ini, karena teknik ini untuk memahami realitas rasional sebagai realitas subjektif khususnya warga sekolah. Proses observasi dan wawancara mendalam bersifat sangat utama dalam pengumpulan data.
B. Populasi dan Sampel
Setiap penelitian memerlukan data dan informasi dari sumber-sumber yang dapat dipercaya agar data dan informasi tersebut dapat digunakan untuk menjawab masalah penelitian atau untuk menguji hipotesis. Dalam hal ini penulis perlu menentukan terlebih dahulu populasi guna untuk memperoleh data atau informasi yang diperlukan dalam menjawab permasalahan yang dihadapi dalam penelitian ini.
Populasi Menurut Arikunto (2002:108), populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Sedangkan Menurut Arikunto (2002:109), “Sampel adalah sebagian populasi yang diteliti atau diselidiki.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III SDN Reuleung Geulumpang Kecamatan Kuta Malaka Kabupaten Aceh Besar yang berjumlah 15 orang siswa. Mengingat populasi tidak banyak maka sampel dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah populasi yaitu 15 orang siswa.
C. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah:
1) Wawancara (interview) adalah kegiatan percakapan antara dua pihak dengan tujuan-tujuan tertentu (M. Nasir Budiman, 2004:24). Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya mengenai suatu objek kajian penelitian. Informasi tersebut diharapkan dapat menjadi pertimbangan dan mengkonstruksikan suatu objek atau pandangan mengenai orang, peristiwa, kegiatan, pengalaman, motivasi dan sebagainya.
2) Observasi adalah pengamatan atau pencatatan sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Observasi merupakan suatu teknik mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.
3) Test adalah alat pengukur yang mempunyai standar obyektif sehingga dapat digunakan secara meluas, serta dapat betul-betul digunakan dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu.
D. Teknik Analisis Data
Setelah semua kegiatan selesai dilaksanakan, maka langkah selanjutnya dalam penelitian ini adalah melakukan analisis terhadap semua data yang diperoleh selama penelitian. Tujuan analisis data ini adalah untuk menjawab permasalahan penelitian yang telah dirumuskan.
Menurut Patton (dalam Moleong, 2007:280), teknik analisis data adalah proses kategori urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar, ia membedakannya dengan penafsiran yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan di antara dimensi-dimensi uraian.
Data yang telah diperoleh selanjutnya akan dianalisis dengan indikator sebagai berikut:
a. Nilai rata-rata siswa kelas III SDN Reuleung Geulumpang Kecamatan Kuta Malaka Aceh Besar pada pokok bahasan Denah ≥ 6,00.
b. Ketuntasan belajar (banyak siswa yang mendapat nilai ≥ 6,00) sekurang-kurangnya 70 % dari jumlah seluruh siswa.
c. Keaktifan siswa dalam kategori baik ( ≥ 75 %) berdasarkan hasil pengamatan guru peneliti dan pengamat.
Adapun teknik pengolahan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan : P = Persentase
f = Banyaknya respon yang memilih jawaban
n = Seluruh responden
100%= Bilangan konstanta tetap (Arikunto, 2003:76).
Proses analisis data angket penulis lakukan dengan menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
- Menghitung jumlah frekuensi alternatif jawaban yang dipilih oleh responden dari setiap nomor angket.
- Menghitung persentase dari setiap alternatif jawaban yang dipilih.
- Membuat tabel dan menafsirkannya serta menarik kesimpulan dari setiap data yang tertuang dalam tabel.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum SDN Reuleung Geulumpang
a. Sejarah Berdirinya
SDN Reuleung Geulumpang didirikan pada tahun 1983 yang berlokasi di desa Reuleung Geulumpang Kecamatan Kuta Malaka Kabupaten Aceh Besar dengan luas tanah 120 m2. Saat ini SDN Reuleung Geulumpang dipimpin oleh Bapak Nasruddi, A.Ma.Pd.
b. Keadaan Guru dan Siswa
Guru-guru yang mengajar di SDN Reuleung Geulumpang berjumlah 15 Orang guru, sesuai dengan wawancara peneliti dengan Kepala SDN Reuleung Geulumpang Bapak Nasruddin, disebutkan “Guru-guru yang mengajar di SDN Reuleung Geulumpang berjumlah 15 orang dengan latar belakang pendidikan perguruan tinggi, pendidikan guru agama, dan D-II”.
Sedangkan keadaan siswa SDN Reuleung Geulumpang Kecamatan Kuta malaka Kabupaten Aceh Besar pada tahun pelajaran 2010/2011 seluruhnya berjumlah 116 siswa.
c. Sarana dan Prasarana
Bangunan sekolah ini memiliki 6 ruang belajar, 1 ruang guru, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang pustaka, gudang, sumur dan WC.
d. Struktur Organisasi
Sebagai lembaga pendidikan formal SDN Reuleung Geulumpang Kecamatan Kuta Malaka Kabupaten Aceh Besar memiliki satu kesatuan yang terorganisir dalam melaksanakan program kerjanya untuk mencapai tujuan pendidikan.
2. Deskripsi dan Analisis Data
Data-data penelitian tentang teknik pemberian tugas untuk meningkatkan prestasi belajar siswa tentang materi denah pada pelajaran IPS di kelas III SDN Reuleung Geulumpang Kecamatan Kuta Malaka Aceh Besar ini diperoleh melalui observasi, wawancara dan tes.
1) Observasi, peneliti melakukan pengamatan dan mencatat data-data terhadap prestasi belajar siswa SDN Reuleung Geulumpang Kecamatan Kuta Malaka Aceh Besar
2) Wawancara, peneliti melakukan interview dengan kepala SDN Reuleung Geulumpang Kecamatan Kuta Malaka Aceh Besar.
3) Tes, peneliti mengadakan tes yang mencakup pra tes dan post tes. Pra tes dilakukan sebelum peneliti menggunakan teknik pemberian tugas pada pembelajaran mata pelajaran IPS dan post tes dilakukan setelah peneliti menggunakan teknik pemberian tugas dalam pembelajaran untuk dapat melihat hasil dari kegiatan tersebut.
Setelah data diperoleh selanjutnya akan dianalisis dengan indikator sebagai berikut.
d. Nilai rata-rata siswa kelas III SDN Reuleung Geulumpang Kecamatan Kuta Malaka Aceh Besar pada pokok bahasan Denah > 6,00.
e. Ketuntasan belajar (banyak siswa yang mendapat nilai ≥ 6,00) sekurang-kurangnya 70 % dari jumlah seluruh siswa.
f. Keaktifan siswa dalam kategori baik ( ≥ 75 %) berdasarkan hasil pengamatan guru peneliti dan pengamat.
a. Deskripsi Prestasi Siswa Pra Tes
1) Hasil Observasi Siswa
Untuk memperoleh data melalui observasi, penulis telah menyiapkan lembar observasi untuk melakukan observasi terhadap aktifitas siswa. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.5 Observasi Kesungguhan Dalam Mengikuti Pelajaran
| No | Aspek yang diamati | Jumlah ya | % | Jumlah tidak | % |
| 1. | Kesungguhan dalam mengikuti pelajaran | 8 | 53,3 | 7 | 46,6 |
| Jumlah | 15 | ||||
Dari tabel dia atas dapat diamati bahwa sebanyak 53,3 % siswa yang mempunyai kesungguhan dalam mengikuti pelajaran dan 46,6% siswa tidak sungguh-sungguh dalam belajar. Hal ini menunjukkan masih banyak siswa yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar.
Tabel 4.6 Observasi Aktifitas Bertanya Siswa
| No | Aspek yang diamati | Jumlah ya | % | Jumlah tidak | % |
| 2. | Aktifitas bertanya | 5 | 33,3 | 10 | 66,6 |
| Jumlah | 15 | ||||
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebanyak 33,3 % siswa aktif dalam bertanya pada waktu berlangsung kegiatan belajar mengajar dan 66,6 % siswa tidak aktif bertanya.
Tabel 4.7 Observasi Kemampuan Siswa Menjawab Pertanyaan
| No | Aspek yang diamati | Jumlah ya | % | Jumlah tidak | % |
| 3. | Kemampuan menjawab pertanyaan | 7 | 46,6 | 8 | 53,3 |
| Jumlah | 15 | ||||
Dari data di atas dapat kita lihat bahwa siswa yang mempunyai kemampuan yang baik dalam menjawab pertanyaan yang diajukan guru sebanyak 7 orang siswa (46,6%) dan sebaliknya, yang tidak mempunyai kemampuan menjawab pertanyaan berjumlah 8 orang siswa (53,3%).
Tabel 4.8 Observasi Siswa Menyelesaikan Tugas Mandiri
| No | Aspek yang diamati | Jumlah ya | % | Jumlah tidak | % |
| 4. | Menyelesaikan tugas mandiri | 11 | 73,3 | 4 | 26,6 |
| Jumlah | 15 | ||||
Dapat kita perhatikan tabel di atas bahwa ada 11 orang siswa (73,3%) yang menyelesaikan tugas yang diberikan guru secara mandiri dan sebanyak 4 orang siswa (26,6%) yang tidak bisa menyelesaikan tugas tersebut.
Tabel 4.9 Rekapitulasi Hasil Observasi Pra Tes
| No | Aspek yang diamati | Jumlah ya | % | Jumlah tidak | % |
| 1. 2. 3. 4. | Kesungguhan dalam mengikuti pelajaran Aktifitas bertanya Kemampuan menjawab pertanyaan Menyelesaikan tugas mandiri | 8 5 7 11 | 53,3 33,3 46,6 73,3 | 7 10 8 4 | 46,6 66,6 53,3 26,6 |
2) Hasil Belajar Siswa
Untuk memperoleh data hasil belajar siswa, penulis telah menyiapkan seperangkat tes yang meliputi tes pilihan ganda dan essay. Dari lembar jawaban siswa tersebut penulis kemudian menganalisis sebagai bahan perbandingan sebelum penulis menggunakan teknik pemberian tugas dalam pembelajaran IPS.
Dari hasil tes yang telah diadakan, dapat diketahui bahwa masih banyak siswa yang nilainya di bawah rata-rata sehingga dapat disimpulkan bahwa prestasi siswa masih kurang memuaskan atau belum mencapai target yang diinginkan oleh guru yaitu nilai hasil tes > 60.
b. Deskripsi Prestasi Siswa Post Tes
Setelah melihat hasil prestasi siswa yang diperoleh dari hasil pra tes di atas maka peneliti menggunakan teknik pemberian tugas terhadap siswa yang memperoleh nilai kurang memuaskan. Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab yang lalu bahwa metode pemberian tugas adalah suatu cara dalam proses belajar mengajar bilamana guru memberi tugas tertentu dan murid mengerjakannya, kemudian tugas tersebut dipertanggungjawabkan kepada guru (Zakiyah Darajat, 2004:298).
Kegiatan ini sebagaimana yang biasa dilakukan oleh guru di kelas misalnya memberikan latihan atau pekerjaan rumah (pr) dimana tugas tersebut harus dibuktikan dengan membahasnya kembali di kelas. Metode pemberian tugas dapat membangkitkan semangat siswa untuk mengulang kembali pelajaran yang telah dipelajarinya.
Penulis menggunakan metode pemberian tugas ini dalam beberapa pertemuan dengan memusatkan pada siswa-siswa yang berprestasi kurang. Disamping itu juga peneliti membimbing mereka terhadap materi yang sukar sehingga mereka merasa senang dan semangat dalam belajar.
Setelah beberapa pertemuan kemudian, selanjutnya peneliti melakukan observasi dan tes kembali terhadap mereka untuk melihat perkembangan prestasi mereka dalam kelas. Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada uraian di bawah ini :
1) Hasil Observasi Siswa
Untuk memperoleh data melalui observasi, penulis telah menyiapkan lembar observasi untuk melakukan observasi terhadap aktifitas siswa. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.11 Observasi Kesungguhan Dalam Mengikuti Pelajaran
| No | Aspek yang diamati | Jumlah ya | % | Jumlah tidak | % |
| 1. | Kesungguhan dalam mengikuti pelajaran | 14 | 93,3 | 1 | 6,6 |
| Jumlah | 15 | ||||
Dari tabel dia atas dapat diamati bahwa sebanyak 14 (93,3%) siswa yang mempunyai kesungguhan dalam mengikuti pelajaran dan 1 (6,6%) siswa tidak sungguh-sungguh dalam belajar. Hal ini menunjukkan banyak siswa yang mempunyai motivasi dalam belajar dan sungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran mata pelajaran IPS.
Tabel 4.12 Observasi Aktifitas Bertanya Siswa
| No | Aspek yang diamati | Jumlah ya | % | Jumlah tidak | % |
| 2. | Aktifitas bertanya | 11 | 73,3 | 4 | 26,6 |
| Jumlah | 15 | ||||
Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa sebanyak 11 (73,3%) siswa aktif dalam bertanya pada waktu berlangsung kegiatan belajar mengajar dan hanya 4 (26,6 %) siswa tidak aktif bertanya. Hasil ini sudah baik jika dibandingkan pada hasil yang didapatkan pada saat pra tes.
Tabel 4.13 Observasi Kemampuan Siswa Menjawab Pertanyaan
| No | Aspek yang diamati | Jumlah ya | % | Jumlah tidak | % |
| 3. | Kemampuan menjawab pertanyaan | 10 | 66,6 | 5 | 33,3 |
| Jumlah | 15 | ||||
Dari data di atas dapat kita lihat bahwa siswa yang mempunyai kemampuan yang baik dalam menjawab pertanyaan yang diajukan guru sebanyak 10 orang siswa (66,6%) dan yang masih kurang bisa dalam kemampuan menjawab pertanyaan dari guru hanya 5 (33,3%) orang siswa.
Tabel 4.14 Observasi Siswa Menyelesaikan Tugas Mandiri
| No | Aspek yang diamati | Jumlah ya | % | Jumlah tidak | % |
| 4. | Menyelesaikan tugas mandiri | 15 | 100 | 0 | 0 |
| Jumlah | 15 | ||||
Dapat kita perhatikan tabel di atas bahwa ada 15 orang siswa (100%) dapat menyelesaikan tugas yang diberikan guru secara mandiri dan tidak ada siswa yang tidak bisa menyelesaikan tugas tersebut, sehingga dapat disimpulkan semua siswa mempunyai motivasi yang tinggi dalam pembelajaran mata pelajaran IPS.
Tabel 4.15 Rekapitulasi Hasil Observasi Post Tes
| No | Aspek yang diamati | Jumlah ya | % | Jumlah tidak | % |
| 1. 2. 3. 4. | Kesungguhan dalam mengikuti pelajaran Aktifitas bertanya Kemampuan menjawab pertanyaan Menyelesaikan tugas mandiri | 14 11 10 15 | 93,3 73,3 66,6 100 | 1 4 5 0 | 6,6 26,6 33,3 0 |
1) Hasil Belajar Siswa
Untuk memperoleh data hasil belajar siswa, penulis telah menyiapkan seperangkat tes yang meliputi tes pilihan ganda dan essay. Dari lembar jawab siswa tersebut penulis kemudian menganalisis sebagai bahan perbandingan sebelum penulis menggunakan teknik pemberian tugas dalam pembelajaran IPS. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.10 Hasil Belajar Siswa Post Tes
| No | Nama Siswa | Nilai | Ketuntasan > 60 |
| 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 | Wahyudi Ade Riskia Ammar. F Andri Maulidi Arifki Nanda Ayatullisa Debi Ayu Fajar Furqan Irfan M. Fajar Nabil Safiq M. Nazar Riski Fitria | 80 70 80 70 70 80 90 70 80 70 70 70 80 80 60 | Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas |
| Jumlah | 1120 | | |
| Rata-rata | 74,6 | | |
Dari tabel di atas dapat diperhatikan bahwa 93,3% siswa telah mendapatkan nilai yang memuaskan atau telah mencapai ketuntasan dalam belajar, artinya prestasi mereka baik. Hanya 1 orang siswa yang belum mencapai nilai tersebut, hal ini dikarenakan latar belakang siswi tersebut yang kurang mendukung, antara lain broken home, lingkungan yang kurang mendukung dan kurang perhatian dari orang tua. Faktor ini lah yang menyebabkan siswi tersebut belum mendapatkan ketuntasan belajar namun peneliti akan terus berupaya mengatasi permasalahan tersebut karena disanalah letak tanggungjawab seorang pengajar/ pendidik.
B. Pembahasan
Didasari uraian di atas, penulis akan mengulas mengenai hasil penelitian dengan judul teknik pemberian tugas untuk meningkatkan prestasi belajar siswa tentang materi denah pada mata pelajaran IPS di kelas III SDN Reuleung Geulumpang Kecamatan Kuta Malaka Aceh Besar.
Bila merujuk pada pandangan Luthan, F. (1981:22) dapat disimpulkan bahwa pada diri setiap manusia telah tersedia potensi energi atau sebuah kekuatan yang dapat menggerakkan dan mengarahkan tingkah lakunya pada tujuan.
Oleh karena itu guru memiliki tugas yang beragam yang berimplementasi dalam bentuk pengabdian. Tugas tersebut meliputi bidang profesi, bidang kemanusiaan dan bidang kemasyarakatan. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup dan kehidupan. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa.
Tugas guru dalam bidang kemanusiaan adalah memposisikan dirinya sebagai orang tua ke dua. Dimana ia harus menarik simpati dan menjadi idola para siswanya. Adapun yang diberikan atau disampaikan guru hendaklah dapat memotivasi hidupnya terutama dalam belajar. Bila seorang guru berlaku kurang menarik, maka kegagalan awal akan tertanam dalam diri siswa.
Sebagaimana telah di ungkapkan di atas, bahwa peran seorang guru sangar signifikan dalam proses belajar mengajar. Peran guru dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal seperti sebagai pengajar, manajer kelas, supervisor, motivator, konsuler, eksplorator, dan sebagainya .
Menyangkut hal tersebut dalam penelitian ini peneliti telah menggunakan salah satu metode pembelajaran yaitu metode pemberian tugas. Dari hasil data yang diperoleh, penulis sangat gembira karena penggunaan metode tersebut menunjukkan hasil yang baik yaitu dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas III SDN Reuleung Geulumpang Kecamatan Kuta Malaka Aceh Besar.
Pada data observasi di atas menunjukkan siswa mengalami peningkatan prestasi atau nilai yang baik jika dilihat pada hasil pra tes dan post tes. Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan melalui grafik berikut :
Grafik 4.1 Gambaran Peningkatan Aktifitas Belajar Siswa Melalui Observasi

Dari grafik di atas dapat diperhatikan peningkatan prestasi belajar siswa yang sangat baik , yaitu jika dibandingkan pada saat pra tes, maka hasil yang diperoleh oleh siswa pada saat post tes sangat memuaskan. Prestasi belajar di sini ialah aktifitas belajar siswa yang meliputi keseriusan dalam belajar, response siswa dan aspek afektif siswa.
Selanjutnya, hasil yang diperoleh dari pelaksanaan tes tulisan juga mengalami peningkatan yang cukup memuaskan. Pada pra tes hasil belajar siswa rata-rata 68,6, namun pada saat post tes didapatkan hasil rata-rata belajar siswa mencapai 74,6. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik 4.2 di bawah ini :
Grafik 4.2 Gambaran Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Tes Tulisan

Dari grafik di atas jelas bahwa adanya peningkatan nilai siswa yang diperoleh mereka ketika diadakan post tes. Sehingga dapat disimpulkan bahwa teknik pemberian tugas dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas III tentang materi denah di SDN Reuleung Geulumpang Kecamatan Kuta Malaka Aceh Besar.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap teknik pemberian tugas untuk meningkatkan prestasi belajar siswa tentang materi denah pada mata pelajaran IPS di kelas III SDN Reuleung Geulumpang Kecamatan Kuta Malaka Aceh Besar dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Hasil penelitian yang dilakukan pada siswa kelas III SDN Reuleung Geulumpang menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar siswa.
2. Metode pembelajaran yang diberikan guru dengan menggunakan teknik pemberian tugas dapat meningkatkan prestasi siswa pada pembelajaran IPS Kelas III SDN reuleung Geulumpang.
3. Masih terdapat siswa yang tidak tuntas dalam proses pembelajaran, hal ini lebih disebabkan karena faktor eksternal yaitu faktor keluarga dan lingkungan.
4. Terhadap permasalahan di atas hendaknya seorang guru lebih intensif memberikan bimbingan belajar sehingga dapat memotivasi siswa tersebut dan akhirnya prestasi belajarnya akan meningkat.
B. Saran
Berdasarkan uraian dari bab-bab yang lalu maka penulis dapat memberikan beberapa saran sebagai berikut :
1. Hendaknya dalam pembelajaran khususnya pada mata pelajaran IPS digunakan metode pemberian tugas karena dengan metode tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Seorang guru harus cakap menguasai metode-metode pembelajaran dan juga media pembelajaran sehingga dapat menyajikan materi kepada siswa dengan optimal.
3. Terhadap sekolah sudah seharusnya untuk selalu melengkapi perlengkapan atau instrumen-instrumen kegiatan belajar mengajar sehingga memudahkan para guru dalam melaksanakan KBM.
DAFTAR PUSTAKA
A.M. Sudirman. 2004. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Abin Syamsuddin Makmun. Psikologi Pendidikan, Bandung: Rosda Karya Remaja, 2003
Abin Syamsudin Makmun. 2000. Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung: Remaja Rosdakarya
Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. 2001. Psikologi Belajar, Jakarta : PT. Rineka Cipta
Ali, Mohammad. 2000. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
BSNP.2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar 2006 Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional
Cece Wijaya dan A.Tabrani Rusyan. 2000. Kemampuan Dasar Guru Dalam. Proses Belajar Mengajar. Bandung:Remaja Rosdakarya
Conny Semiawan. 2000. Pendekatan Ketrampilan Proses. Bandung. Pustaka. Panji Mas.
Depdiknas.2001.Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka.
Hadari Nawawi, 2005, Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis Yang Kompetitif, Cetakan Ke-4, Gajah Mada Univercity Press, Yogyakarta
Mohammad Surya. 2003. Psikologi Konseling. Bandung: Pustaka Bani. Quraisy
Muhammad Nursa’ban. 2007. Ilmu Pengetahuan Sosial 3, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Nana Syaodih Sukmadinata. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya
Nasution, S, 2000, Penelitian Ilmiah, Jakarta : Penerbit Bumi Aksara
Oemar Hamalik. 2002. Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar. Bandung : Tarsito
____________. 2000. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algesindo.
Purwanto Ngalim, 2002. Administrasi Dan Supervisi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sarwono sarlito wirawan. 2002. Individu dan Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka,
Roestiyah. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
_________ 2001. Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta
Saidihardjo. 2005. Cakrawala Pengetahuan Sosial untuk Kelas 3 SD dan MI, KBK. Solo: PT. Tiga Serangkai
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Soemanto, Wasty. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta
Sudjana, Nana. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru
Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajagrafindo
W.J.S Poerwadarminta. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka : Jakarta
W.S Winkel. 2007. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT. Gramedia
Zakiah Drajat. 2004. Metodik Khusus Pengajaran Islam, Jakarta : Bumi Aksara
___________. 2001. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta